Jakarta, 13 Oktober 2025 — Badan Kejuruan Teknik Nuklir Persatuan Insinyur Indonesia (BKTN–PII) menekankan pentingnya reindustrialisasi nasional dan konsolidasi lintas disiplin keinsinyuran dalam mewujudkan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di Indonesia.
Salah satu pembicara dalam acara tersebut Khairul yang juga menjabat sebagai direktur teknik Global Transport, Training, Trading Indonesia (GTI) menjelaskan bahwa reindustrialisasi menjadi langkah strategi untuk menyatukan potensi besar para insinyur Indonesia yang selama ini bekerja secara terpisah di berbagai bidang keahlian. “Kita mempunyai banyak insinyur hebat baik di bidang nuklir, kimia, fisika, mekanik, maupun sipil namun mereka masih berjalan sendiri-sendiri. Melalui forum ini, kita ingin menyatukan kekuatan tersebut agar dapat bersama-sama mendukung program pemerintah dalam membangun PLTN pertama di Indonesia,” ujarnya.
Menurutnya, pembangunan PLTN merupakan momentum penting untuk menunjukkan kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai teknologi tinggi sekaligus memperkuat kemandirian industri nasional. “Negara yang mampu membangun dan mengoperasikan PLTN menunjukkan penguasaan atas teknologi maju. Itu menandakan bahwa Indonesia mampu secara keilmuan, budaya teknologi, dan peradaban,” tegas Khairul.
Ia menambahkan, inisiasi ini sejalan dengan komitmen Indonesia terhadap Perjanjian Paris dan menargetkan Net Zero Emission. Dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) nasional, energi nuklir telah dimasukkan sebagai bagian dari strategi transisi menuju energi bersih. “Dari sisi regulasi, landasan hukumnya sudah lengkap. Tinggal bagaimana kita berkomitmen untuk bersinergi dan bekerja sama secara nasional. Ini memang tidak mudah, tapi dengan komunikasi dan koordinasi yang kuat, saya yakin bisa terwujud,” ujarnya.
Lebih lanjut, Khairul menekankan pentingnya edukasi masyarakat untuk membangun penerimaan masyarakat terhadap penggunaan energi nuklir. “Harus ada program diseminasi dan edukasi agar masyarakat memahami bahwa nuklir aman, selamat, dan digunakan untuk tujuan damai. Edukasi ini penting agar pemahaman tersebut merata hingga ke seluruh lapisan masyarakat,” jelasnya.
Dalam penjelasannya, Khoirul juga menyoroti peran Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang memiliki tiga misi utama:
1. Teknologi dan Aplikasi Nuklir, yaitu penerapan teknologi nuklir untuk kesehatan dan industri—seperti radioterapi untuk kanker atau uji tak merusak (non-destructive test) dalam industri migas.
2. Pengamanan dan Verifikasi, memastikan bahwa teknologi nuklir hanya digunakan untuk tujuan damai, dengan pengawasan rutin dari inspektur IAEA.
3. Keselamatan dan Keamanan, menjamin seluruh pengoperasian fasilitas nuklir memenuhi standar keselamatan internasional.
“Indonesia sudah lama menjadi anggota IAEA, dan selalu yakin bahwa seluruh kegiatan nuklir kita digunakan untuk tujuan damai. Kini kita memasuki tahap baru, yaitu menerapkan teknologi ini untuk energi, dengan tetap menjunjung prinsip keselamatan dan keamanan,” terang Khoirul yang juga dikenal sebagai pakar nuklir yang berpengalaman di berbagai negara seperti Rusia, Tiongkok, Amerika Serikat, Inggris, Prancis, hingga Afrika.
Sebagai bentuk kolaborasi konkret, BKTN–PII bekerja sama dengan Global Transportindo Indonesia (GTI) dalam mendukung visi pemerintah membangun PLTN pertama di Tanah Air. “Kami memiliki kemampuan keilmuan, pengalaman, dan jejaring internasional.
Kini saatnya kemampuan itu dibagi dan dikolaborasikan untuk mengedukasi masyarakat serta membantu pemerintah mewujudkan pembangunan PLTN secara aman dan bertanggung jawab,” ungkapnya.
Adapun dua wilayah yang sedang dipertimbangkan sebagai lokasi pengembangan PLTN berada di Kalimantan dan Sumatera, dengan mempertimbangkan kebutuhan energi listrik yang tinggi dan kontribusinya terhadap penurunan emisi karbon.
Khoirul menyampaikan optimisme bahwa Indonesia mampu mencapai kemandirian teknologi nuklir. “Jika Indonesia berhasil membangun dan mengoperasikan PLTN, maka akan menjadi bukti bahwa bangsa ini tidak hanya mampu menguasai teknologi tinggi, tetapi juga membangun budaya ilmiah dan peradaban baru yang berorientasi pada kemajuan serta kemandirian energi nasional,”
Diharapkan melalui PII, diharapkan semua Insinyur dapat saling bekerja sama dalam mewujudkan keinginan pemerintah membantu PLTN pertama di Indonesia, pungkasnya.