Jakarta- Rapat Umum Pemegang Saham PT. Andira Argo di Gedung Meta Epsi yang berlokasi di Jl. dI Pandjaitan, Rawa Bunga, Jatinegara, Jakarta Timur memaparkan sekaligus hasil Public Expose yang di pimpin oleh Francis Indarto (Direktur Utama) dan Kahar Anwar (Direktur).
Kondisi pertumbuhan perekonomian global tahun 2019 masih melambat. Penyebabnya adalah pergolakan geopolitik di sejumlah negara, perang dagang antara AS dan Tiongkok (China) hingga fluktuasi harga komoditas dan perlambatan ekonomi secara global. Sepanjang tahun 2019. perkembangan perundingan dagang antara AS dan Tiongkok yang naik turun, belum menunjukkan kesepakatan konkrit untuk menyelesaikan konflik dagang yang telah berlangsung sejak tahun 2018. Dampak dari perlambatan ekonomi global menyebabkan harga dan permintaan komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia semakin tersungkur. Meski ada infomasi positif yang berasal dari Bank Sentral Amerika, dengan memberi kepastian tidak dinaikkannya suku bunga Amerika.
Di Indonesia, Bndan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 tumbuh 5,02%. Angka itu lebih rendah dibanding capaian tahun 2018 sebesar 5,17%. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya sebesar 10.55%. Kemudian. pada tahun 2019 masih berlangsung gejolak ekonomi global disertai perhelatan Pemilu 2019. Sehingga memberi dampak yang signifikan terhadap dunia bisnis yang dialami di hampir semua sektor.
Meskipun Gabungan Pengusaha Kelapa Sawil Indonesia (GAPKI) menyatakan tahun 2019 mcrupaknn tahun yang penuh tantangan bagi industri sawit Indonesia seperti implementasi kebijakan RED II oleh EU yang menghapuskan penggunaan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel, produksi CPO PT Andira Agro Tbk tahun 2019 mampu menghasilkan Crude Palm Oil (CPO) lebih tinggi yaitu sebesar 8,18% dibandingkan produksi CPO tahun 2018. Untuk produksi Palm Kernel (PK) tahun 2019, PT Andira Agro Tbk mengalami peningkatan sebesar 28.33% dibandingkan produksi PK tahun 2018.
Dari segi Laporan Keuangan, pada tahun 2019 Perseroan mengalami penurunan Laba Tahun Berjalan sebesar 27.37% dibandingkan tahun sebelumnya Penurunan tersebut disebabkan oleh adanya penurunan pada akun keuntungan dari perubahan nilai wajar produk agrikultur, pendapatan lain-lain dan pendapatan keuangan. Ditahun 2019, Perseroan memperkuat operasionalnya dari segi Capex dengan membeli truck maupun alat berat untuk menunjang operasional Perseroan akan tetapi untuk rencana penambahan kapasitas pabrik yang sebelumnya 30mt/jam menjadi 45mt/jam untuk sementara mengalami penundaan mengingat kondisi perekonomian global yang mengalami tekanan akibat pandemik covid 19.
Seperti yang diutarakan Francis Indarto melalui paparannya berkaitan dengan masa Era Pandemi Covid-19 ini bahwa tidak ada penambahan lahan Kelapa Sawit di wilayah Sumatera maupun wilayah lainnya dan juga tidak ada pengurangan Karyawan disaat banyak perusahan-perusahaan mengurangin Karyawan untuk keseimbangan biaya operasional dan keuangan perusahaannya tersendiri.